Sejarah Kepanduan Indonesia (Tahun 1907 - 1941)




Lahirnya Kepanduan Dunia 
Tahun 1907, tepatnya 20 Juli 1907 merupakan titik awal sejarah kelahiran dan perkembangan kepanduan dunia. Pada tanggal tersebut Lord Boden Powell of Gilwell. menyelenggarakan perkemahan di Brown Sea Island yang diikuti oleh 20 anak laki-laki yang terbagi dalam 4 regu, berlangsung selama 8 hari. Kegiatan ini disebut sebagai cikal bakal pendidikan kepanduan yang kemudian menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia.

Sejarah Kepanduan Pada Masa Hindia Belanda 
  • Tahun 1912,  Organisasi Kepanduan pertama kali masuk Indonesia, ditandai  dengan didirikannya  cabang Organisasi Kepanduan Belanda - Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO) di Jakarta, peristiwa ini bersamaan dengan pecahnya Perang Dunia I. 
  • Tahun 1916, Cabang Kepanduan Belanda (NPO) di Indonesia diijinkan  memiliki kwartir besar sendiri terpisah dari NPO dan  berganti nama menjadi "Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV).
  • Tahun 1917, Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia yang berpaham kebangsaan  dan terpisah dari NIPV, pertama kali berdiri bernama Javannse Padvinders Organizatie (JPO) yang diprakarsai oleh  Sri Mangkunegara VII, di Surakarta. 
  • Tahun 1918, KH Ahmad Dahlan mendirikan Padvinder Muhammadiyah  kemudian pada tahun 1920 berganti nama menjadi "Hizbul Wathan" disingkat HW.
  • Tahun 1920,  Budi Utomo mendirikan Nationale Padvinderij yang dipimpin oleh Daslam Adi Warsito.
  • Tahun 1921,  Jong Java cabang Mataram/Yogyakarta mendirikan Jong Java Padvinderij. Pada konggres Jong Java V di Solo diputuskan memasukan padvinderij dalam gerakan pemuda Jawa. Langkah ini kemudian diikuti oleh Jon Java cabang Jakarta, Jong Java cabang Bandung, dsb.
  • Tahun 1926,   Jong Islamiten Bond mendirikan Nationale Islamietische Padvinderij (NATIPIJ), dipimpin oleh Mr. Kasman Singodimedjo, Boestami dan Sarkiman. Pada tahun 1926 ini juga didirikan kepanduan “Al Irsyad” di Surabaya oleh A.K Banarmun sebagai Komisaris Besar Umum.
  • Tahun 1928, istilah Pandu atau Kepanduan dicetuskan pertama kali oleh Kyai H. Agus Salim, dalam Konggres SIAP (Serikat Islam Afdeling Padvinderij – setelah Kemerdekaan RI berubah menjadi Serikat Islam Angkatan Pandu) di Kota Banjarnegara, Banyumas, Jawa Tengah. Langkah ini sebagai tanggapan pelarangan penggunaan istilah Padvinder untuk organiasi Kepanduan Nasional Indonesia oleh Belanda.
  • Lahirnya istilah Kepanduan memperoleh sambutan hangat dari para Tokoh Kepanduan Nasional,  karena dapat membedakan secara tegas antara “Kepanduan” dan “Padvinderij”. Jika “Kepanduaan”  berorientasi pada kepentingan pergerakan nasional menuju persatuan dan kemerdekaan Indonesia, maka “Pandvinderij” berorientasi pada  kepentingan pemerintah Kolonial Belanda
  • Tahun 1928-1935 bermunculan gerakan kepanduan Indonesia baik yang bernafas kebangsaan maupun keagamaan. Organisasi Kepanduan yang bernafaskan kebangsaan  seperti : Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan Organisasi kepanduan yang bernafas agama, seperti  Pandu Ansor, Al Wathoni, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Azas Katolik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI), dll.
  • Tahun 1928-1935 bermunculan gerakan kepanduan Indonesia baik yang bernafas kebangsaan maupun keagamaan. Organisasi Kepanduan yang bernafaskan kebangsaan  seperti : Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan Organisasi kepanduan yang bernafas agama, seperti  Pandu Ansor, Al Wathoni, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Azas Katolik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI), dll.
  • Tahun 1928,  tepatnya tanggal 23 Mei 1928 di Jakarta berlangsung pertemuan antara wakil-wakil Kepanduan Nasional, antara lain : dr. Moewardi dari Pandu Kebangsaan, Mr. Soenarjo dari INPO, Mr Kasman dari NATIPIJ, Ramlan daru SIAP, yang menghasilkan pembentukan federasi kepanduan nasional bernama  Persatuan Antar Pandu-pandu Indonesia (PAPI).
  • Tahun 1930, tepatnya tanggal 13 September 1930 lahirlah KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia) yang merupakan fusi (penyatuan) dari tiga organisasi kepanduan yang terdiri dari  INPO (Indonesische Padvinders Organizatie), PK (Pandu kesultanan) dan PPS (Pandu Pandu Sumatra).
  • Pada zaman KBI dibentuk, Pandu Putri juga mulai dikelola oleh golongan Pandu Putri sendiri di bawah pimpinan Komisaris Golongan Putri Ny. Soehariah Soetarman dibantu oleh Ny. Soeratmi Saleh, Aminah, Soenarti dan Prabandari.
  • Tahun 1934,  tepatnya pada tanggal 3 Desember 1934 Lord Baden Powell of Gilwell dan Lady Boden Powel  mengunjungi Indonesia sepulangnya dari Jambore di Australia. Kunjungan tersebut juga dalam rangka keliling melihat perkembangan organisasi kepanduan di beberapa negara. Boden Powell sangat puas dengan  perkembangan kepanduan di Indonesia yang saat itu masih dijajah Belanda.
  • Kunjungan Boden Powell diatur sepenuhnya oleh NIPV (Nederland Indiche Padvinderij). Organisasi-organiasi Pandu Nasional yang ingin berpartisipasi dalam penyambutan tidak diijinkan ikut serta. Peristiwa ini menimbulkan ketegangan antara kelompok Padvinderij Belanda dan Kelompok Pandu Nasional
  • Tahun 1937,  diadakan Jambore Dunia V di Vogelenzang Belanda, Padvinders Bond (PVB) untuk pertama kami berhasil mengirimkan kontingen dari Indonesia (Nederlands Indie – nama Indonesia saat itu) sejumlah 70 orang yang terdiri dari : Soediani dan Seomardjo (Pimpinan Pandu Indonesia), Kusno Utomo (mantan Anadalan Nasional Gerakan Pramuka), Soewarma (Ketua Umum Pandu dan Pramuka Wreda, Hadi Thayeb, Soekondo, Ranadi, Yusrin, dllnya.
  • Tahun 1938,  dibentuk  Badan Pusat   Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) yang merupakan gabungan dari berbagai organisasi pandu. Kepengurusan BPPKI terdiri dari unsur perwakilan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesisa) sebagai Ketua, unsur perwakilan  KAKI (Kepanduan Azas Katholik Indonesia) sebagai sekretaris, unsur perwakilan NATIPIJ (Nationale Islamietische Padvinderij) sebagai Bendahara dan unsur  perwakilan SIAP (Serikat Islam Afdeling Padvinderij)  sebagai bagian teknik
  • Tahun 1941, tepatnya pada tanggal 19 – 23 Juli 1941 diselenggarakan “Perkemahan Kepandoean Indonesia Oemoem Pertama” (PERKINDO I) di Yogyakarta, yang dihadliri oleh perwakilan Organisasi Pandu nasional.
Masa Penjajan Jepang
Tahun 1942 – 1945,  Hindia Belanda dibawah tentara  Pendudukan Jepang akibat kekalahan tentara Sekutu pada Perang Dunia II. .Pada masa ini  partai dan organisasi rakyat Indonesia, termasuk Organisa Kepanduan dilarang berdiri. Pemerintah Jepang sangat curiga terhadap Organisasi Kepanduan karena menjungjung tinggi nilai persatuan, nasionalisme dan patriotisme. Meski organisasinya dilarang nilai-nilai kepanduan terus hidup dan tertanam di dada para anggotanya.


Sumber :
Buku, Patah Tumbuh Hilang Berganti, Kwarnas Gerakan Pramuka, Jakarta, tahun 1987.

Catatan :
Diresume untuk kepentingan "ensiklopedia pramuka"
Lebih baru Lebih lama