Idik Sulaeman Nataatmadja



Drs. H. IDIK SULAEMAN NATAATMADJA, AT. 
 
image : validnews
 
 
 
Pengantar Penulis
 
Kak Idik Sulaeman merupakan salah satu tokoh Gerakan Pramuka yang taleh banyak mencurahkan perhatian dan pemikiranya untuk kemajuan Gerakan Pramuka. Berbagai buku pedoman kepramukaan telah Beliau tulis dan hingga saat ini terus terasa manfaatnya. Kak Idi Sulaiman merupakan pribadi yang terus berkarya dan menginspirasi anak-anak muda Indonesia dalam beragam bidang dan kegiatan khusunya yang terkait dengan dunia pendidikan.

Membaca dan meneladani para tokoh yang telah berjasa bagi perjalanan Gerakan Pramuka merupakan salah satu kegiatan pendidikan kepramukaan yang menarik dan penting. Dengan kegiatan ini nilai-nilai perjuangan, pengabdian dan karya-karya yang dihasilkan dapat menjadi sumber belajar bagi pengembangan diri dan pribadi seorang anggota Gerakan Pramuka. Belajar melalui pengalaman hidup para tokok merupakan bagian dari belajar dari pengalaman sebagai bagian dari model pembelajaran kepramukaan yang menarik dan bermanfaat.
 
 
Mengenal Kak Idik Sulaeman
 
Lahir di Kuningan pada hari Kamis, tanggal 20 Juli 1933. Beliau merupakan  pencetus nama  Pasikibraka. Adik didik Kak Husein Mutahar  di kepanduan ini jugalah yang menyempurnakan seluruh kelengkapan Paskibraka sebagai sebuah Korps, mulai dari sistem/metode pelatihan, silabus, atribut dan kelengkapannya. Bersama dengan para pembina lainnya, Idik membantu Mutahar menyempurnakan konsep pembinaan Paskibraka. Pasukan yang pada tahun 1966 dan 1967 diberi nama Pasukan Pengerek Bendera Pusaka, pada tahun 1973 mendapat nama baru yang dilontarkan oleh Idik. Nama itu adalah PASKIBRAKA, yang merupakan akronim dengan kepanjangan PASuKan PengIBar BendeRA PusaKA. Selain memberi nama, Idik juga menyempurnakan wujud Paskibraka dengan menciptakan Seragam Paskibraka, Lambang Korps, Lambang Anggota, serta Tanda Pengukuhan berupa Lencana Merah-Putih Garuda (MPG) dan Kendit Kecakapan.
 
Kak Idik menghabiskan masa kecil di daerah kelahirannya, sampai tamat SMP di Purwakarta dan pindah ke Jakarta saat masuk SMA. Sejak kecil, jiwa seni sudah terlihat dalam dirinya. Tak heran bila setamat SMA Idik memilih seni rupa sebagai pilihan profesinya dengan menamatkan pendidikan sebagai sarjana seni rupa di Departemen Ilmu Teknik Institut Teknologi Bandung ITB pada 9 April 1960.  Dunia seni dan tekstil harus ditinggalkan ketika Idik pindah kerja ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan pada 1 Desember 1967. Saat inilah, ia banyak membantu Husein Mutahar dalam mewujudkan gagasannya membentuk Paskibraka.


Pada 30 Juni 1975, ia diangkat menjadi Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pembinaan Kegiatan di Direktorat Pembinaan Generasi Muda (Ditbinmud). Pada 9 Maret 1977, ia mencapai posisi puncak di Ditbinmud setelah ditunjuk sebagai Pelaksana Harian Direktur Pembinaan Generasi Muda, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga (Ditjen PLSOR). Tiga tahun penuh ia benar-benar menjadi ”komandan” dalam latihan Paskibraka, yakni Paskibraka 1977, 1978 dan 1979.

Pada 24 November 1979, Idik ditarik ke Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Dikdasmen) dan menjabat Direktur Pembinaan Kesiswaan sampai 15 November 1983. Selama empat tahun itu, dengan latar belakang pendidikan seni rupa dan pengalaman kerja di bidang tekstil, Idik mencatat sejarah dalam penciptaan seragam sekolah yang kita kenal sampai sekarang: SD putih-merah, SMP putih-biru dan SMA putih-abu-abu, lengkap dengan lambang sekolah dasar (SD) dan OSIS yang kini selalu melekat di saku kiri seragam sekolah.

Idik menikah dengan Aisah Martalogawa pada 29 Oktober 1961, Idik dikaruniai tiga anak, yakni Ir. Ars Isandra Matin Ahmad (yang beristrikan Ir.ars Retno Audite), Isantia Dita Asiah (yang bersuamikan Drs. Mohammad Imam Hidayat), dan Dra Isanilda Dea Latifah yang bersuamikan Ari Reza Iskandar). Dari ketiganya, Idik memiliki enam orang cucu, masing-masing 3 cucu laki-laki dan 3 cucu perempuan.


Pengalaman Kak Idik dalam Kepanduan

Tahun 1939 ia memasuki Kepanduan Natipy masuk sebagai pandu muda. Baru tahun 1946 Pandu Rakyat berdiri di kota Tasikmalaya, ia masuk Kepanduan itu menjadi Perintis dan dilantik di daerah Manonjaya. Tahun 1950 pindah ke Purwakarta dan masuk Kepanduan lagi sebagai Pandu Pawang. Setamat SMP pindah ke Jakarta dan masuk SMA dan masuk Kelompok Jakarta-17, jadi Pandu Penuntun.

Setamat SMA pindah ke Bandung dan memasuki ITB ambil Jurusan Seni Rupa dan mendirikan Perindukan Pemula. Ketika Gerakan Pramuka berdiri, ia ikut dalam susunan Kwartir Daerah Jawa Barat sebagai Andalan Daerah Urusan Perlengkapan. Dua tahun setelah itu ia mau dijadikan Ketua Kwartir Cabang Kotamadya Bandung, menggantikan sdr. A. Djamil. Karena kepindahan ke Jakarta, ia diangkat menjadi Asisten Sekjen Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Mulai mendirikan Pramuka di Universitas Trisakti, mula-mula mendiskusikan dengan beberapa dosen dan pimpinan Universitas.  Kursus orientasi dengan tokoh-tokoh mahasiswa dan mulai mendirikan di kampus A, B, dan C. Menjadi Andalan Nasional mulai tahun 1988 dan berakhir 1998. Mendapat tanda penghargaan: Tanda Bakti, Karya Satya 8 tahun (IV) dan Bunga Melati. Dari Pemerintah mendapat WIBAWA SEROJA NUGRAHA, BINTANG JASA PRATAMA, dan KARYA SATYA XXX TAHUN. Kini ia aktif sebagai Pandu Tua, anggota Pengurus Pusat HIPPRADA.
 
Kak Idik meninggal pada tahun 2013. Jasa-jasanya juga sangat luar biasa terutama dalam menulis dan menerbitkan buku-buku pramuka di Indonesia. Puluhan buku pramuka telah Beliau tulis dan hingga kini menjadi pegangan para Pembina Pramuka di seluruh Indonesia dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya.
 
 
Sumber ;


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama