Taksonomi Blomm : Alat Bantu Merumuskan Tujuan Latihan Kepramukaan




Tujuan Pendidikan Kepramukaan
Tujuan Pendidikan Kepramukaan, sebagaimana tercantum dalam pasal 4  Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka (Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka No. 203 tahun 209) adalah : terwujudnya kaum muda lndonesia yang dipersiapkan menjadi:
  • Manusia yang berwatak, berkepribadian, berakhlak mulia, tinggi kecerdasan dan keterampilannya serta sehat jasmaninya;
  • Warga Negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik lndonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan baik tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Untuk mencapai tujan besar tersebut maka terdapat pula tujuan pendidikan untuk tiap satuan seperti tujuan pendidikan Pramuka Siaga, tujuan pendidikan Pramuka Penggalang, tujuan pendidikan Pramuka Penegak dan Pandega, tujuan pendidikan satuan karya, tujuan Dewan Kerja, dsb. Tujuan pendidikan di tiap satuan tersebut selanjutnya diterjemahkan dalam tujuan pembinaan atau latihan mingguan dan tujuan kegiatan. Dengan demikian tujuan pendidikan kepramukaan hanya bisa dicapai manakala tujuan pendidikan di tingkat satuan dan tujuan pendidikan ditiap latihan atau kegiatan juga tercapai.

Banyak cara yang bisa dilakukan oleh para Pembina Pramuka dalam menyusun tujuan latihan mingguan atau tujuan kegiatan. Salah satu cara yang bisa dijadikan rujukan dalam penyusunan tujuan latihan adalah dengan menggunakan Taksonomi Blomm. 

Taksonomi Blomm 
Taksonomi adalah gambaran tingkatan atau klasifikasi perilaku manusia yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan sehingga dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak baik menjadi baik,  dari tidak terampil menjadi terampil.

Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk merumuskan tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali dikenalkan oleh  Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam taksonomi ini  setiap tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

Tujuan Pendidikan
Berdasarkan taksonomi Bloom tujuan  pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
  • Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
  • Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
  • Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Terdapat pula beberapa istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan ketiga domian tersebut di atas, seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro,  denga sitilah  cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.

Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.


Hirarki Taksonomi Bloom
Hirarki atau  pemisahan domain ini hanya buatan untuk memudahkan merumuskan tujuan pendidikan dan haisl akhir pendidikannya yang diinginkan agar lebih fokus. Hal itu karena pada dasarnya “manusia merupakan suatu kebulatan yang tidak dapat dipecah-pecah sehingga segala tindakannya juga merupakan suatu  bulatan”.

1. Domain Kognitif 
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian:  Bagian pertama berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6) 
  • Pengetahuan (Knowledge) : Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk. 
  • Aplikasi (Application) : Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram. 
  • Analisis (Analysis) : Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.  
  • Sintesis (Synthesis) : Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.   
  • Evaluasi (Evaluation) : Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb.

2. Domain Afektif
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol, yang terdiri dari :
  • Penerimaan (Receiving/Attending) : Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
  • Tanggapan (Responding) : Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.  
  • Penghargaan (Valuing) : Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.  
  • Pengorganisasian (Organization) : Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. 
  • Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) : Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.
     
3. Domain Psikomotor
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi dibuat oleh ahli lain Simpson (1966) (Arikunto, 2009) dengan tetap mengacu pada apa yang telah dibuat Bloom
  • Persepsi (Perception) : Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
  • Kesiapan (Set) : Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.  
  • Guided Response (Respon Terpimpin) : Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. 
  • Mekanisme (Mechanism) : Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. 
  • Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response) : Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks. 
  • Penyesuaian (Adaptation) : Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
  • Penciptaan  (Origination) : Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.

Kata Kerja Operasional
Kata Kerja Operasional adalah "kata-kata" yang dapat dijadikan sebagai alat bantu  untuk merumuskan tujuan pendidikan. Kata Kerja Operasional mencerminkan  perubahan perilaku yang diinginkan setelah peserta didik mengikuti latihan kepramukaan. Kata kerja operasional juga  dapat diukur sehingga dapat dijadikan sebagai alat evaluasi atau bahan observasi. (selengkapnya lihat, entri/topik : Kata Kerja Operasional alat Bantu Merumuskan Tujuan Latihan Kepramukaan)


Lihat topik/Entru terkait :


Sumber :
ART Gerakan Pramuka (Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka No. 203 tahun 209)



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama