Pengantar
Film Pramuka adalah film yang berlatar pendidikan kepramukaan dengan berbagai variasi isi da alur cerita. Di Indonesia cukup banyak film pramuka yang telah di produksi dan telah ditayangkan melalui gedung bioskop, televisi bahkan didistribusikan melalui DVD dan VCD. Film Pramuka umumnya memuat pesan-pesan moral sejalan dengan nilai moral pendidikan kepramukaan seperti ketaqwaan, kebersahajaan, kepeduliaan, kerjasama, semangat pantang menyerah, mencintai alam, nasionalisme, patriotisme, dsb.
Film sebagai Media Pendidikan Kepramukaa
Film dapat dijadikan sebagai salah satu medium pendidikan kepramukaan. Para peserta didik bisa diajak untuk menonton film kemudian mendiskusikan apa pesan yang terkandung didalamnya dan bagaimana hubungan pesan-pesan tersebut dengan seorang anggota Pramuka. Pada sisi lain kegiatan menonton film juga bisa dikembangkan ke arah apresiasi film, dengan cara para peserta didik dilatih untuk menilai perwatakan, alur, dramaturgi hingga aspek-aspek produksi film seperti tata visual, tata suara, tata artistik dan berbagai elemen lain. Dengan cara ini para peserta didik akan memperoleh pengalaman untuk menilai film sebagai satu kesatuan yang memiliki banyak elemen.
Pada sisi lain para anggota Pramuka juga perlu dilatih atau memiliki keterampilan untuk menulis cerita film, hingga mampu memporudksi film untuk berbagai keperluan. Film termasuk video merupakan salah satu minat yang sangat berkembang di kalangan anak dan remaja masa kini, oleh sebab itu sangat menarik jika produksi film menjadi salah satu materi latihan Pramuka. Tentu saja film produksi para peserta didik, dimulai dari film-film yang sederhana dan mudah diproduksi dengan sarana dan prasarana yang ada dulu. Yang penting mampu membangkitkan minat.
Film Hasduk Berpola
Hasduk Berpola adalah film keluarga yang mengangkat isu nasionalisme dan patriotisme bangsa Indonesia yang dirilis pada tahun 2013. Film yang disutradarai oleh Harris Nizam ini dibuat berdasarkan sebuah cerita pendek berjudul sama, Hasduk Berpola, yang ditulis oleh Bagas D. Bawono, seorang arsitek yang juga penulis aktif. Film berdurasi 100 menit ini dibintangi antara lain oleh Idris Sardi, Niniek L. Karim, Iga Mawarni, Petra Sihombing, Alisia Rininta, Calvin Jeremy dan masih banyak lagi. Tayangan perdana pada 21 Maret 2013.
Sinopsis
Film ini bercerita bahwa perjuangan bertaruh nyawa demi bangsa dan negara pada jaman kemerdekaan, ternyata tak ada harganya. Ini yang dirasakan oleh Masnun, veteran mantan pejuang ’45. Di Surabaya, yang konon terkenal sebagai kota pahlawan, hidup Masnun (yang sering dielu-elukan sebagai pahlawan) justru terlunta-lunta. Sangat ironis. Ia bersama anaknya, Rahayu, janda beranak 2 (Budi dan Bening), akhirnya menyerah, dan pindah ke kota asalnya, Bojonegoro. Berharap kehidupannya bisa membaik. Namun apa daya, kehidupan pria renta yang terkenal sebagai saksi hidup peristiwa penyobekan bendera di Surabaya ini, justru semakin terpuruk.
Sang cucu, Budi (12 tahun), tertantang untuk mengalahkan rivalnya, Kemal, yang aktif di kegiatan Pramuka. Maka ia juga berusaha untuk mengikuti kegiatan tersebut. Tapi karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan, Budi tidak bisa membeli semua perlengkapan kepramukaan. Film ini menceritakan bagaimana Budi berjuang memenuhi kewajibannya, hingga akhirnya membuat iba Bening (10 tahun) adiknya yang rela mengorbankan seprei kesayangannya demi dibuat hasduk untuk kakaknya.
Film sederhana penuh pesan-pesan moral dan kebangsaan ini ditutup dengan adegan yang sangat menggetarkan sisi nasionalisme bangsa Indonesia.
Sumber :
http://id.wikipedia.org
dan dilengkapi dengan berbagai sumber lain.
Posting Komentar