MENGAPA MANAJEMEN RISIKO PENTING DALAM KEGIATAN PRAMUKA DI ALAM TERBUKA

 



Seri Tulisan Menejemen Resiko Bagian 1:

Terjadinya beberapa kali  kecelakaan dalam Kegiatan Kepramukaan di alam terbuka, menjadikan topik "Menejemen Risiko" sangat penting dipahami dan diterapkan oleh para Pembina Pramuka. Ensiklopedia pramuka akan menghadidirkan tulisan berseri dan form simulasi menejemen risiko yang dapat Kakak-kakak jadikan model dan masukan.

 Pengantar 

Metode pendidikan di alam terbuka merupakan pilar penting pendidikan kepramukaan. Namun demikian penyelenggaraan metode ini agar afektif harus dirancang dan dilaksanakan dengan baik dan aman, salah satunya dengan menerapkan menejemen resiko. Beberapakali terjadi “kecelakaan” dalam kegaiatan di alam terbuka yang sebenarnya bisa dihindari jika Kakak Pembina menerapkan menejemen resiko.

Perkemahan penjelajahan, hiking, lintas alam, susur sungai, susur pantai, susur bentang alam, bahkan susur pemukiman bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi ruang belajar yang membentuk karakter, kemandirian, kepemimpinan, dan keberanian peserta didik. Namun di balik nilai-nilai tersebut, kegiatan alam terbuka juga selalu membawa risiko yang tidak boleh diabaikan. Penerapan menejemen resiko merupakan sebuah keharusan.

 Salah Dipahami?

Dalam praktik pendidikan kepramukaan, sering kali risiko dipahami secara keliru. Ada anggapan bahwa membahasa  risiko dapat  mengurangi semangat petualangan dan penjelajahan  atau bahkan melemahkan jiwa keberanian. Padahal, justru sebaliknya. Manajemen risiko bukan tentang menghilangkan tantangan, melainkan memastikan bahwa tantangan tersebut dijalani secara bertanggung jawab dan meminimalkan reseko karena telah dilakukan mitigasi resiko secara komprehensif.

Resiko harus diperlakukan sebagai bagian dari pembelajaran di alam terbuka, bukan merupakan penghalang, penghambat bahkan musuh berkegiatan di alam terbuka.

 Resiko sebagai Proses Belajar.

Setiap kegiatan di alam terbuka selalu memiliki potensi risiko, baik yang bersumber dari kondisi alam, kondisi diri peserta didik itu sendiri, maupun faktor-faktor manusia lainnya. Cuaca yang berubah, medan yang sulit, kelelahan fisik, Kesehatan mental,  bekal perjalanan yang menipis merupakan beberapa hal yang sering terjadi dalam kegiatan di alam terbuka,

Dalam pendidikan Pramuka, risiko harus  dipahami sebagai bagian dari proses belajar. Peserta didik belajar mengenali batas diri, belajar mengambil keputusan, dan belajar bertanggung jawab atas pilihan yang diambil. Namun pembelajaran tersebut harus berada dalam kerangka keselamatan yang dirancang secara sadar oleh pembina.

Dengan demikian. manajemen risiko hadir atau diterapkan sebagai alat bantu agar kegiatan tetap menantang, tetapi tidak membahayakan.

Pergeseran Paradigma: Dari “Nekat” ke “Bertanggung Jawab”

Sejumlah pihak ada kecenderungan melaksanakan  kegiatan Pramuka di alam terbuka dijalankan dengan semangat “yang penting jalan dulu”. Keberanian sering diukur dari seberapa ekstrem tantangan, halangan dan kondisi rute perjalanan. Pemahaman semacam ini harus diakhiri, para Pembina Pramuka harus memahami bahwa  pendidikan dan keselamatan merupakan bentuk tanggungjawab dan profesionalisme dalam implementasi pendidikan di alam terbuka.

Pendidikan kepramukaan modern menuntut pembina untuk: merencanakan kegiatan secara matang, mempertimbangkan kondisi peserta secara realistis, menyiapkan langkah pencegahan dan penanganan darurat, menerapkan menejemen risiko secara tepat.  Penting untuk disadari bahwa keberanian sejati bukanlah sikap nekat, melainkan keberanian untuk bertanggung jawab atas keselamatan peserta didik.

Manajemen Risiko sebagai Wujud Etika Kepembinaan

Berbagai persitiwa “kecelakaan” dalam kegiatan alam terbuka seringkali menjadi risiko hukum yang harus ditanggung Pembina Pramuka. Hal itu wajar karena Pembina memang memegang peran sentral,  bukan hanya pendamping, tetapi juga perancang dan penanggung jawab utama kegiatan. Dengan besarnya beban tanggungjawab, maka manajemen risiko menjadi bagian dari meminimalisir resiko hukum dan tidak dapat dipisahkan dari etika kepembinaan.

Bagi Pembina Pramuka menerapkan manajemen risiko berarti: menghormati keselamatan jiwa peserta, menjaga kepercayaan orang tua, menjunjung nilai kemanusiaan, mengenali alam dengan segenap potensi dan tantangannya, mengamalkan Dasa Darma Pramuka secara nyata.  Darma  “cinta alam dan kasih sayang sesama manusia” tidak hanya diucapkan, tetapi diwujudkan melalui perencanaan dan pengelolaan kegiatan yang aman, nyaman dan mencapai tujuan secara efektif.

 Manajemen Risiko Tidak Membuat Kegiatan Menjadi Kaku

Manajemen risiko bukan “jeruji besi” yang membatasi kreativitas dalam merancang kegiatan. Kekhawatiran yang sering muncul bahwa manajemen risiko akan membuat kegiatan Pramuka menjadi terlalu formal, kaku, serba terbatas sehingga kehilangan unsur petualangan dan kemenarikannya, meru[akan kekhawatiran yang wajar, tetapi tidak sepenuhnya tepat.

Penerapan manajemen risiko merupakan salah satu upaya meminimalisir kekhawatran di atas. Menejemen risiko  baik justru: membuat kegiatan lebih terarah, memberi ruang eksplorasi yang aman, meningkatkan kepercayaan diri pembina dan peserta didik. Dengan perencanaan yang baik, pembina dapat tetap menghadirkan pengalaman yang menantang, tanpa mengorbankan keselamatan.

Menuju Budaya Keselamatan dalam Kepramukaan

Hal lain yang perlu dikembangkan oleh Kakak Pembina, Para Pengurus Gudep dan Peserta didik adalah pentingnya menerapkan budaya keselamatan berkegiatan di alam terbuka dengan menerapkan manajemen risiko secara tepat. Menejemen risiko tidak seharusnya hanya dipahami sebagai beban administratif, tetapi harus menjadi  budaya organisasi.

Budaya keselamatan harus dibangun melalui kebiasaan: mengidentifikasi potensi bahaya sejak awal, berdiskusi terbuka tentang risiko yag kemungkinan terjadi, cara mengelola dan mengatasinya, serta  melakukan evaluasi setelah kegiatan. Budaya ini akan membentuk peserta didik yang tidak hanya berani, tetapi juga bijak dalam mengambil keputusan.

Penutup

Kepramukaan tanpa berpetualangan bagai masakan kurang garam. Berpetulangan sebagai bagian dari kegiatan alam terbuka adalah ruang belajar yang berharga dan efektif mengembangkan karakter dan kecakapan hiudp.  Agar ruang belajar tersebut tetap aman dan bermakna, manajemen risiko perlu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari setiap kegiatan. Dengan memahami dan menerapkannya secara proporsional, Pramuka dapat terus menjadi wahana pendidikan karakter yang relevan, bertanggung jawab, dan humanis.

 Ditulis oleh:
Redaksi Ensiklopediapramuka.com diramu dari berbagai sumber.

Bersambung ke:

  • Jenis Risiko dalam Kegiatan Perkemahan dan Penjelajahan Pramuka
  • Langkah Dasar Manajemen Risiko Kegiatan Pramuka di Alam Terbuka
  • Peran Pembina dalam Menjamin Keselamatan Kegiatan Pramuka
  • Kuisioner Simulasi Menejemen Risiko Kegiatan di Alam Terbuka 



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama