Raimuna : Latar Belakang & Sejarah






Istilah Raimuna lahir dari sebuah forum diskusi LPK (Latihan Pengembangan Kepemimpinan Pramuka Penegak Pandega) tahun 1975. LPK tersebut  dikuti oleh para Ketua dan Anggota DKD (Dewan Kerja Daerah) se Indonesia. Para peserta  dilatih dan digembleng  kepemimpinannya oleh  Kakak-kakak  Andalan KWARNAS.

Dalam forum LPK tersebut dielenggarakan beragam diskusi,  salah satunya hasil diskusi adalah menyepakati  untuk mengubah  nama PERPPANITRA (Pertemuan Penegak Pandega Putra Putri) dengan padanan kata atau arti kata yang diambil dari khasanah kekayaan budaya daerah. Saat itu secara aklamasi secara aklamasi diputuskan untuk mengambil kata dari khasanah budaya daerah Papua.
Kak Sineri (almarhum) selaku Ketua DKD  Papua pada waktu itu kemudian mengusulkan nama "RAIMUNA" yang dalam budaya Papua digunakan untuk menyebut forum  pertemuan antar suku untuk bermusyawarah, menjalin persahabatan/persaudaran guna memperkuat perdamaian. Secara filosofis  dan akar budaya "RAIMUNA"  sangat sesuai jika diambil sebagai sari-pati dan semangat untuk dijadikan sebagai nama event pertemuan T/D baik tingkat nasional, daerah, cabang maupun ranting.

Pada waktu itu Kak Sineri juga mengajarkan kepada semua peserta LPK untuk menyanyikan lagu "RAIMUNA". Lagu ini  biasanya diserukan oleh Ketua Suku dan ditirukan serentak oleh seluruh warga suku. Lagu "Raimuna"  kurang lebihnya seperti ini:

SIMO BATU REMBO . . . . .
O MORONA . . . . . . . . . . . . .
ARARERA . . . . . . . . . . . . . .

Jadi istilah dan lagu Raimuna yang dijadikan sebagai nama pertemuan Penegak Pandega dapat dikatakan merupakan ide dari,  oleh dan untuk para Pramuka T/D.

Sumber :
Prijo Mustiko, Mantan Ketua DKD DIY  (1975 - 1079)


Catatan :
Materi ini masih bersifat rintisan mash terus akan ditambah, dikembangkan dan disempurnakan penulisannya berdasarkan hasil riset dan masukan dari berbagai pihak.



Lebih baru Lebih lama