PENGANTAR PENULIS
"Scouting For Boys", merupakan buku pertama yang ditulis oleh Baden Powell yang dikenal dengan Bapak Pandu Dunia, Buku ini pernah dialihabahsakan oleh Kwarnas Gerakan Pramuka tahun 1988 dengan judul "Memandu untuk Putera". Isi buku ini sangatlah beragam, yang kesemunya merupakan pedomanan untuk memandu para anggota pramuka untuk meraiah masa depannya dengan lebih baik.
Isi buku ini disamping serita Cerita Api Unggun yang sangat menginspirasi juga terdapat kisah nyata, yang didalamnya mengandung pesan-pesan penting baik berupa norma, tata nilai, hak dan kewajiban, hingga berbagai bentuk keterampilan teknis untuk hidup di alam terbuka. Kisah Pembunuhan Eldson, merupakan salah satu kisah yang didalamnya menggambarkan pentingnya kewajiban, bertindak cermat, pandai menyimpan rahasia, menguasai medan, memahami prosedur, keberanian dan disiplin, termasuk dilema-dilema yang akan dihdapai dalam menjalankan kewajiban.
SCOUTING FOR BOYS : PEMBUNUHAN DI ELSDON
Sekilas anak itu memperhatikan gelandangan tersebut, terutama kepada paku-paku khusus di sol sepatunya. (latihan :pengamatan) Ia tidak berhenti berjalan dan menatapnya, melainkan melihatnya sepintas sambil terus berjalan, tanpa menarik perhatiah orang itu. Ia memang dianggap sebagai anak biasa. (latihan :menyimpan rahasia)
Ketika anak itu hampir tiba di rumahnya, kira-kira 5 atau 6 kilometer jauhnya, ia berjumpa dengan orang banyak yang sedang mengerumuni sebuah pondok dimana seorang perempuat tua (Margaret ceozier) yang mendiami pondok itu ditemukan terbunuh. Berbagai macam kecurigaan diungkapkan oleh orang-orang tentang siapa yang melakukan pembunuhan itu. Orang menduga bahwa yang melakukan pembunuhan adalah suatu gerombolan kecil, terdiri atas tiga atau empat orang gelandangan yang melakukan perampokan di daerah itu, dan mengancam siapapun juga yang melaporkan kejahatannya. (latihan : menarik kesimpulan/deduksi).
Anak itu mendengar pembicaraan ini semua. Kemudian ia melihat beberapa jejak sepatu yang aneh di kebun gubuk tersebut. Bekas-bekas paku di tanah sesuai dengan paku yang dilihattnya pada sol sepatu orang gelandangan di lapangan tadi. Ia mengambil kesimpulan, bahwa orang itu mungkin tersangkut juga dalam pembunuhan tersebut. Ternyata, orang yang dibunuh itu seorang perempuan tua yang tak berdaya. Timbullah dalam hati anak itu perasaan kesatria dan akan bertindak terhadap si pembunuh, siapapun juga orang tersebut. (latihan :kesatrian).
Meskipun anak itu tahu bahwa teman-teman si pembunuh tersebut akan membunuhnya karena ia telah memberikan keterangan, namun mengabaikan rasa takuutnya. Segera ia pergi ke polisi dan menceritakan tentang jejak-jejak kaki di kebun tadi, di mana akan dapat menemukan orang itu jika ia pergi dengan segera. (latihan :keberanian dan disiplin diri).
Orang yang di lapangan itu telah berada jauh sekali dari tempat pembunuhan, dan tidak terlihat oleh siapapun kecuali oleh anak tadi sehingga ia merasa aman. Sama sekali ia tidak menyangka, bahwa anak itu akan berjalan sampai ke tempat pembunuhan dan kemudian akan kembali lagi sebagai penunjuk jalan di polisi. jadi ia tidak berjaga-jaga. (latihan :kesehatan & kekuatan).
Anak itu kuat dan sehat, serta melakukan perjalanan dengan cepat dan tepat, sehingga mereka dapat menemukan orang itu dan menangkapnya dengan mudah. Pembunuh itu bernama Willie Winter, seorang jipsi. Ia diperiksa dan ternyata bersalah. Kemudian ia digantung di New Castle. Badannya digantungkan pada tempat penggantungan di dekat lokasi pembiunuhan sebagai kebiasaan pada waktu itu.Dua orang jipsi, kaki tangan pembunuh itu, ditangkap bersama barangan rampokannya, dan dieksekusi di New Castle juga.
Namun, ketika anak itu mengetahui kenyataan yang menimpan diri Winter, timbullah rasa tidak enak padanya, karena ia telah menyebabkan kematian sesama manusia. (latihan :kebaikan hati). Kemudian ia dipanggil oleh hakim dan dipuji karena perbuatan yang telah ia lakukan terhadap penduduk di daerahnya sangat bagus. Ia telah menyelamatkan jiwa mereka dengan menyingkirkan penjahat yang sangat berbahaya dari dunia. (latihan :menyelamatkan hidup).
Ia berkata, "Kamu telah melakukan kewajibanmu, walaupun pekerjaan itu telah menimbulkan bahaya serta ketakutan bagi dirimu sendiri. Kita tak boleh mempedulikan hal itu. Kewajiban kita adalah membantu polisi dalam menegakkan keadilan, dan kewajiban jarus dilaksanakan dengan tidak memandang apa akibatnya bagi kita meskipun jika kita harus mengorbankan jiwa kita." (latihan :kewajiban).
Begitulah anak itu melakukan tiap bagian dari kewajiban seorang pramuka tanpa dilatih khusus terlebih dahulu. Ia berlatih:Pengetahuan alam, Mengamati sesuatu dengan tidak diketahui oleh orang lain, Menarik kesimpulan (deduksi) atas apa yang telah ia amati, Kekesatriaan, Merasa berkewajiban, Keuletan dan kebaikan hati. (latihan :contoh).
Ia tidak mengira bahwa pekerjaan yang telah dilakukannya dengan begitu saja, bertahun-tahun kemudian menjadi contoh bagi anak-anak laki-laki lainnya untuk mengajar mereka melakukan kewajibannya.
Catatan :
Alm. Kak Mingguyono AS merupakan salah seorang Pelatih di Pusdiklatcab Bima NTB
Posting Komentar