Pengantar
Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai bagian dari organisasi Gerakan Pramuka yang berada di tingkat Provinsi mempunyai tugas dengan menghimpun dan mengkoordinasikan 5 (lima) Kwartir Cabang yakni Kwartir Cabang Kulonprogo, Kwartir Cabang Bantul, Kwartir Cabang Gunungkidul, Kwartir Cabang Sleman dan Kwartir Cabang Kota Yogyakarta serta 78 Kwartir Ranting yang tersebar di seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan jumlah peserta didiknya mulai dari golongan usia Pramuka Siaga (7-11 tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (15-21 tahun), dan Pramuka Pandega (21-25 tahun) berjumlah 243.689 orang serta 8.363 pembina yang terwadahi dalam 4.193 gugusdepan.
Kepengurusan Kwarda saat ini
- Ketua : KGPAA. Paku Alam IX
- Waka/Ketua Bidang Pembinaan Anggota Muda : Drs. Arifin Budiharjo
- Waka/Ketua Bidang Pembinaan Anggota Dewasa : drh. Sri Budoyo
- Waka/Ketua Bidang Administrasi dan Manajemen: Prof. Suwarsih Madya, Ph.D
- Waka/Ketua Bidang Kehumasan dan Komunikasi : Drs. Hardono, PIA
- Waka/Ketua Bidang Keuangan dan Pendayagunaan Aset : Dra. Hj. BRAy. Hadikusuma, MS
- Sekretaris Umum : Drs. S. Hartanto
Sejarah Pembentukan Kwarda DIY
Terbentuknya Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta tidak terlepas dari perkembangan gerakan kepanduan secara nasional, khususnya perkembangan terbentuknya Gerakan Pramuka di tingkat nasional pada tahun 1961. Pada masa penjajahan Belanda terdapat banyak organisasi kepanduan. Di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat banyak pelaku gerakan kepanduan baik yang berorientasi internasional (anggota Netherland Indische Vereniging Padvinderij) maupun yang berasaskan kebangsaan atau keagamaan (Islam, Katholik, Kristen). Kedua kelompok yang berbeda wawasan tampak kurang serasi, terutama kelompok yang berorientasi nasional ingin lebih mngutamakan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.
Pada masa penjajahan Jepang organisasi kepanduan dilarang dan diganti dengan gerakan Seinendan (organisasi pemuda). Setelah masa kemerdekaan, Menteri Pendidikan RI, Ki Hadjar Dewantara, mengumpulkan pemimpin organisasi-organisasi kepanduan dan menyarankan untuk menghidupkan kembali gerakan kepanduan. Sebagai tindak lanjutnya, dibentuk Pandu Rakyat Indonesia di Surakarta pada 28 Desember 1945 yang merupakan wadah peleburan semua organisasi kepanduan yang semula berdasarkan kebangsaan, internasional, dan keagamaan.
Pada masa penjajahan Jepang organisasi kepanduan dilarang dan diganti dengan gerakan Seinendan (organisasi pemuda). Setelah masa kemerdekaan, Menteri Pendidikan RI, Ki Hadjar Dewantara, mengumpulkan pemimpin organisasi-organisasi kepanduan dan menyarankan untuk menghidupkan kembali gerakan kepanduan. Sebagai tindak lanjutnya, dibentuk Pandu Rakyat Indonesia di Surakarta pada 28 Desember 1945 yang merupakan wadah peleburan semua organisasi kepanduan yang semula berdasarkan kebangsaan, internasional, dan keagamaan.
Namun, dasar persatuan dan kesatuan dalam gerakan kepanduan tidak dapat lama dipertahankan. Pada pertengahan tahun 1950, di samping Pandu Rakyat Indonesia, muncul kembali organisasi-organisasi kepanduan yang pernah ada dan ditambah munculnya organisasi kepanduan baru antara lain organisasi kepanduan yang didirikan oleh partai politik. Sampai tahun 1961, terdapat hampir seratus organisasi kepanduan di seluruh wilayah Indonesia.
Di seluruh wilayah Indonesia termasuk Yogyakarta, sebelum tahun 1961 terdapat beberapa organisasi kepanduan, di antaranya adalah Pandu Rakyat Indonesia, Pandu Hizbul Wathan, Kepanduan Bangsa Indonesia, Pandu Katholik, Pandu Kristen, Kepanduan Putra Indonesia, dan Pandu Bhayangkara. Melihat kenyataan tersebut pada tanggal 9 Maret 1961, di Senayan, Jakarta Presiden Soekarno mengumandangkan pembubaran organisasi-organisasi kepanduan se-Indonesia dan diberikan wadah baru yaitu Gerakan Pramuka di depan wakil-wakil dari kwartir besar organisasi kepanduan se-Indonesia. Hadir pula perwakilan dari organisasi kepanduan yang berpusat di Yogyakarta, antara lain Nyi Mudjono Probopranowo, S.H. dan Ki Mudjono Probopranowo mewakili KBI dan Kak Haiban Hadjid mewakili HW.
Setelah adanya pidato Presiden Soekarno 3 Maret 1961 tersebut, atas inisiatif Kak RM Sutanto, SH. dari Pandu Rakyat Indonesia pada akhir Maret 1961 di Yogyakarta diadakan perkemahan perpisahan oleh organisasi-organisasi kepanduan bertempat di Padokan, Ambarbinangun, Kasihan, Bantul. Kemudian, atas prakarsa Pemerintah Daerah D.I. Yogyakarta dengan tokoh-tokoh organisasi kepanduan, diadakan upacara peleburan organisasi kepanduan di halaman Gedung Agung Istana Negara Yogyakarta dengan disertai acara pawai. Mengawali upacara mereka menyatakan diri untuk masuk ke dalam Gerakan Pramuka dengan ditandai pengalungan setangan leher pramuka.
Di seluruh wilayah Indonesia termasuk Yogyakarta, sebelum tahun 1961 terdapat beberapa organisasi kepanduan, di antaranya adalah Pandu Rakyat Indonesia, Pandu Hizbul Wathan, Kepanduan Bangsa Indonesia, Pandu Katholik, Pandu Kristen, Kepanduan Putra Indonesia, dan Pandu Bhayangkara. Melihat kenyataan tersebut pada tanggal 9 Maret 1961, di Senayan, Jakarta Presiden Soekarno mengumandangkan pembubaran organisasi-organisasi kepanduan se-Indonesia dan diberikan wadah baru yaitu Gerakan Pramuka di depan wakil-wakil dari kwartir besar organisasi kepanduan se-Indonesia. Hadir pula perwakilan dari organisasi kepanduan yang berpusat di Yogyakarta, antara lain Nyi Mudjono Probopranowo, S.H. dan Ki Mudjono Probopranowo mewakili KBI dan Kak Haiban Hadjid mewakili HW.
Setelah adanya pidato Presiden Soekarno 3 Maret 1961 tersebut, atas inisiatif Kak RM Sutanto, SH. dari Pandu Rakyat Indonesia pada akhir Maret 1961 di Yogyakarta diadakan perkemahan perpisahan oleh organisasi-organisasi kepanduan bertempat di Padokan, Ambarbinangun, Kasihan, Bantul. Kemudian, atas prakarsa Pemerintah Daerah D.I. Yogyakarta dengan tokoh-tokoh organisasi kepanduan, diadakan upacara peleburan organisasi kepanduan di halaman Gedung Agung Istana Negara Yogyakarta dengan disertai acara pawai. Mengawali upacara mereka menyatakan diri untuk masuk ke dalam Gerakan Pramuka dengan ditandai pengalungan setangan leher pramuka.
Pada awal bulan April 1961, Sri Paduka Paku Alam VIII, Wakil Gubernur DIY, bersama tokoh-tokoh organisasi kepanduan di Yogyakarta, bertempat di Puro Pakualaman membentuk susunan personalia anggota Kwartir Daerah IX Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta. Ketua Kwarda DIY dijabat oleh Kak Sutarto.
Perkembangan Organisasi
1961-1965, mulai tahun 1961 sampai 1963 tidak ada kegiatan-kegiatan yang menyolok. Pada tahun 1963 diadakan pergantian kepengurusan Kwarda DIY karena kepindahan Kak Sutarto ke Jakarta. Ketuanya digantikan oleh Kak Mochamad Mawardi dengan dibantu 15 anggota. Panitia Pembimbing Daerah diketuai oleh Sri Paduka Paku Alam VIII dengan dibantu oleh 8 anggota. Pada masa awal ini, telah banyak gugsdepan di Kwarda DIY. Gugusdepan-gugusdepan ini terbentuk dari pangkalan-pangkalan yang dimiliki oleh organisasi-organisasi kepanduan yang ikut lebur ke dalam Gerakan Pramuka. Setelah adanya Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. 156/Kab/65 dan No. 47/KN/65 tanggal 27 September 1965 tentang Pengintegrasian Gerakan Pramuka dengan Sekolah, mulai bermunculan gugusdepan di sekolah.
1966-1970, Pada akhir tahun 1965, karena situasi perkembangan politik, Sri Paduka Paku Alam VIII memberi tugas kepada Kak Hertog, anggota Mabida, untuk membuat rencana susunan personalia Kwarda IX D.I. Yogyakarta yang baru. Rencana kemudian diterima oleh Sri Paduka Paku Alam VIII dan kemudian diterbitkan Surat Keputusan Gubernur Wakil Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 1/1966 tanggal 8 Januari 1966. Kwarda IX D.I. Yogyakarta diketuai oleh Kak Hertog, disyahkan oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dengan Surat keputusan nomor 16/KN/66 tanggal 22 Februari 1966. Pengurus Kwarda IX D.I. Yogyakarta dilantik oleh Sekjen Kwarnas Gerakan Pramuka, Kak Azis Saleh, pada tanggal 17 Mei 1966 di Bangsal Kepatihan.
Tahun 1970-1999, Sesudah berjalan 4 tahun, terlihat beberapa andalan daerah tidak lagi memiliki kesempatan untuk menunaikan tugasnya. Ada yang pindah pekerjaan. Kemudian disusul wafatnya Kak KRT Wiryodirjo, Andusek Kwarda D.I. Yogyakarta, yang merupakan soko guru kwarda. Selain itu, lahir satuan karya pramuka, antara lain Saka Bhayangkara, Saka Dirgantara, dan Saka Tarunabumi. Perhatian masyarakat juga semakin besar, beberapa instansi dan karyawannya menyatakan kesediaan untuk membantu, antara lain dari Dinas Pertanian DIY, Dinas Perikanan DIY, Dinas Kehutanan DIY, Dinas Peternakan DIY, dan Perwakilan P dan K DIY.
Dengan adanya perkembangan tersebut, mendorong kwarda D.I. Yogyakarta untuk mengadakan regrouping baru untuk para andalan. Pada tanggal 30 Mei 1971 diadakan rapat Kwarda IX D.I. Yogyakarta bertempat di Bumi Perkemahan Karang Pramuka Kaliurang dengan dihadiri oleh kwarcab-kwarcab se-DIY. Pada pertemuan tersebut antara lain diputuskan susunan personalia andalan Kwarda IX D.I. Yogyakarta yang baru. Tahun 1976 terbentuk kepengurusan Kwarda D.I. Yogyakarta masa bakti 1976-1979 dengan diketuai oleh Kak Drs. H. Abdulrachim.
Untuk memperbaiki beberapa kelemahan dan untuk menanggapi beberapa bantuan di antaranya dari Direktorat Pembangunan Masyarakat Desa D.I. Yogyakarta dan Kantor Wilayah Departemen Penerangan D.I. Yogyakarta, pada permulaan tahun 1974 Kwarda IX D.I. Yogyakarta telah mengadakan rapat dan memutuskan adanya mutasi dan penambahan anggota.
Pada Mei 1979 diselenggarakan Musyawarah Daerah. Formatur berhasil membentuk susunan pengurus Kwarda D.I. Yogyakarta masa bakti 1979-1983 yang diketuai oleh Kak Yacob Mardjadi. Susunan pengurus dikukuhkan dengan SK Wakil Kepala Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selaku Ka Mabida nomor 1/1979 tanggal 23 Juli 1979.
Di tahun 1981, Kwarda D.I. Yogyakarta menjadi tuan rumah pelaksanaan Apel Besar Hari Pramuka tingkat Nasional yang dilaksanakan di Bumi Perkemahan Taman Tunas Wiguna Babarsari. Pada masa bakti 1983-1988, Kwarda D.I. Yogyakarta mengalami perubahan penomoran dari Kwarda IX menjadi Kwarda XII.
Tahun 1994, Ketua Kwarda D.I. Yogyakarta yang sedang menjabat yaitu Kak KGPH Hadikusumo meninggal dunia pada tanggal 27 februari 1994. Kwarda DIY kemudian menyelenggarakan Musyawarah Daerah Luar Biasa. Musdalub tersebut memutuskan Kak KGPH Poeger sebagai Ketua Kwarda DIY. Kepemimpinan Kak Poeger berlanjut sampai masa bakti 1996-2000.
Pada Mei 1979 diselenggarakan Musyawarah Daerah. Formatur berhasil membentuk susunan pengurus Kwarda D.I. Yogyakarta masa bakti 1979-1983 yang diketuai oleh Kak Yacob Mardjadi. Susunan pengurus dikukuhkan dengan SK Wakil Kepala Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selaku Ka Mabida nomor 1/1979 tanggal 23 Juli 1979.
Di tahun 1981, Kwarda D.I. Yogyakarta menjadi tuan rumah pelaksanaan Apel Besar Hari Pramuka tingkat Nasional yang dilaksanakan di Bumi Perkemahan Taman Tunas Wiguna Babarsari. Pada masa bakti 1983-1988, Kwarda D.I. Yogyakarta mengalami perubahan penomoran dari Kwarda IX menjadi Kwarda XII.
Tahun 1994, Ketua Kwarda D.I. Yogyakarta yang sedang menjabat yaitu Kak KGPH Hadikusumo meninggal dunia pada tanggal 27 februari 1994. Kwarda DIY kemudian menyelenggarakan Musyawarah Daerah Luar Biasa. Musdalub tersebut memutuskan Kak KGPH Poeger sebagai Ketua Kwarda DIY. Kepemimpinan Kak Poeger berlanjut sampai masa bakti 1996-2000.
Tahun 2000-2011, Pada tahun 2000 terbentuk kepengurusan Kwarda XII Gerakan Pramuka D.I. Yogyakarta yang diketuai oleh Kak Drs. Sudjatmo. Tahun berikutnya yaitu 2001, Kwarda XII Gerakan Pramuka D.I. Yogyakarta menempati kantor di Langensari, Pengok, Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Sebelumnya, di lokasi ini sudah ada bangunan milik Kwarda XII Gerakan Pramuka D.I. Yogyakarta sehingga kemudian di lokasi ini Kwarda XII Gerakan Pramuka D.I. Yogyakarta memiliki 2 bangunan yaitu 1 kantor yang digunakan sebagai kantor kwarda dan 1 pendopo yang digunakan sebagai sanggar DKD Kwarda XII Gerakan Pramuka D.I. Yogyakarta.
Pada tahun 2003, Kwarda XII Gerakan Pramuka D.I. Yogyakarta berhasil melaksanakan sebuah kegiatan nasional yaitu Raimuna Nasional VIII 2003 bertempat di Bumi Perkemahan Rama Shinta Prambanan, Sleman.
Pada tahun 2003, Kwarda XII Gerakan Pramuka D.I. Yogyakarta berhasil melaksanakan sebuah kegiatan nasional yaitu Raimuna Nasional VIII 2003 bertempat di Bumi Perkemahan Rama Shinta Prambanan, Sleman.
Tahun 2005 diselenggarakan Musyawarah Daerah dan kemudian tersusun kepengurusan Kwarda XII Gerakan Pramuka D.I. Yogyakarta yang diketuai oleh Kak KGPAA Paku Alam IX. Kepemimpinan Kak KGPAA Paku Alam IX berlanjut sampai masa bakti saat ini yaitu 2010-2015.
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2009, Kwarda XII Gerakan Pramuka D.I. Yogyakarta memiliki 5 kwartir cabang, 78 kwartir ranting, 4193 gugusdepan, & 46 gugusedapn Pramuka Luar Biasa.
Lokasi Kantor Kwarda DIY
Sebelum memperoleh kantor di Gedung KONI, Kwarda XII Gerakan Pramuka D.I. Yogyakarta berkantor di Jalan Pekapalan, ALun-alun Utara sampai masa kepemimpinan Kak Hertog. Kemudian Kwarda XII Gerakan Pramuka D.I. Yogyakarta berkantor di Gedung KONI Jalan Trikora 4, Yogyakarta. Pada tahun 2000, memiliki gedung sendiri di jalan Langensari, Gondokusuman. Sebelumnya, Kwarda XII Gerakan Pramuka D.I. Yogyakarta telah memiliki bangunan pendopo di Langensari yang digunakan sebagai sanggar/sekretariat Dewan Kerja Daerah.
Ketua Kwarda DIY
Masa Bakti 1961-1963 Kak Sutarto MA
Masa Bakti 1963-1966 Kak Mochamad Mawardi
Masa Bakti 1966-1970 Kak Hertog
Masa Bakti 1970-1974 Kak Hertog
Masa Bakti 1974-1976 Kak Hertog
Masa Bakti 1976-1979 Kak Drs. H. Abdulrachim
Masa Bakti 1979-1983 Kak Yacob Mardjadi
Masa Bakti 1983-1988 Kak Kusumo Atmoko
(Masa BaktiDilanjutkan Kak KGPH Hadikusumo, SH)
Masa Bakti 1988-1992 Kak KGPH Hadikusumo, SH
Masa Bakti 1992-1996 Kak KGPH Hadikusumo, SH. (Dilanjutkan oleh Kak KGPH Poeger)
Masa Bakti 1996-2000 Kak KGPH Poeger
Masa Bakti 2000-2005 Kak Drs. Sudjatmo
Masa Bakti 2005-2010 Kak KGPAA Paku Alam IX
Bumi Perkemahan
Kwarda XII Gerakan Pramuka D.I. Yogyakarta memiliki 2 (dua) bumi perkemahan yaitu Bumi Perkemahan Karang Pramuka Kaliurang dan Bumi Perkemahan Taman Tunas Wiguna Babarsari. Bumi Perkemahan Karang Pramuka luas lahan 0,7 Ha berada di Kaliurang, Sleman berdasarkan Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Derah istimewa Yogyakarta Nomor 3089/IV/L/2/1967. Sedangkan Bumi perkemahan Taman Tunas Wiguna Babarsari berada di Babarsari, Condongcatur, Depok, Sleman berdasar pada Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 318/1977 tanggal 24 September 1974 dengan luas lahan saat ini seluas 9,35 Ha.
Peristiwa/Kegiatan Penting
- Pada tahun 1981 dilaksanakan Apel Besar Hari Pramuka Tingkat Nasional di Yogyakarta bertempat di Bumi Perkemahan Taman Tunas Wiguna Babarsari.
- Di Yogyakarta pernah dilaksanakan pertemuan Asia Pasifik di Wara, Kaliurang.
- Pada Tahun 2003 diselenggarakan Raimuna Nasional VIII di Yogyakarta yaitu di Bumi Perkemahan Rama Shinta, Prambanan. Sampai saat ini, Raimuna Nasional VIII 2003 merupakan satu-satunya Raimuna Nasional yang diselenggarakan di luar Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta (semenjak memakai istilah Raimuna Nasional).
- Perubahan nomor kwarda dari Kwarda IX menjadi Kwarda XII terjadi pada masa bakti 1983-1988.
- Dua regu Penggalang (1 regu putra dan 1 regu putri) dari gugusdepan 03061 dan 03062 yang berpangkalan di SMP Negeri 1 Yogyakarta mewakili Kwarda DIY meraih peringkat pertama pada Lomba Tingkat V tahun 1982 dan kemudian mengikuti Jambore Dunia (World Scout Jamboree) tahun 1983 di Kanada. Pada tahun 1986 regu penggalang putrid dari Gudep yang sama (GDY 03062) meraih kejuaraan LT V dan mewakili Indonesia ke Jamboree Dunia 1986 di Australia. Pada 1990 giliran regu penggalang putra dari gudep yang berpangkalan di SMP Negeri 1 Yogyakarta berangkat ke Filipina mengikuti Jambore Dunia. Di tahun 1995, 2 regu penggalang (putra Dan putri) yang berpangkalan di SMP Negeri 1 Yogyakarta mengikuti Jambore Dunia di Belanda.
- Musyawarah Daerah Luar Biasa pada 28 Mei 1994 menindaklanjuti meninggalnya Kak KGPH Hadikusumo, S.H., Ka Kwarda XII DIY.
- Surat Keputusan Kwarda XII Gerakan Pramuka D.I. Yogyakarta nomor 11 thun 1994 tentang Tanda Gambar Lokasi Daerah (Badge Mangkubumi).
Program Unggulan
Dalam rangka pencitraan Gerakan Pramuka yang merupakan wadah pembentukan watak dan karakter kaum muda Indonesia, sekaligus sebagai pendidikan nilai hidup dan kehidupan, yang saat ini mengalami kehilangan “warna” kepribadiannya, maka Kwartir Daerah XII Gerakan Pramuka D.I.Yogyakarta berorientasi pada program unggulan meliputi
- Pendidikan dalam Gerakan Pramuka bersendikan pada Sistem Among dan yang membedakan Gerakan Pramuka dengan organisasi lainnya adalah adanya Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan yang merupakan dua unsur proses pendidikan terpadu dan harus diterapkan dalam setiap kegiatan. Adapun bentuk kegiatannya Kursus pembina Mahir Dasar, Kursus pembina Mahir Lanjutan, Kursus Pelatih Dasar, Kursus Pelatih lanjutan, Kursus Intruktur pramuka, dsb.
- Penyusunan program kerja Kwartir Daerah senantiasa berorientasi pada bakti masyarakat agar masyarakat peduli, mengakui dan bangga terhadap Pramuka, Adapun bentuk kegiatannya Pelatihan Penanggulangan bencana, Pendidikan Kesehatan reproduksi, Pelatihan Penanggulan Narkoba, Pendidikan Bela Negara, Perkemahan Wirakarya, Pendidikan perilaku Hidup Bersih dan sehat (PHBS), Pengadaan Posko Lebaran dan Tahun Baru, Ikur serta Pemberantasan Buta Aksara, Kemah Saka, dsb.
- Setiap kegiatan kepramukaan dilaksanakan dalam bentuk di alam terbuka yang setiap saat harus menciptakan bentuk-bentuk yang lebih up to date, menantang dan sesuai dengan jiwa peserta didik serta kondisi jaman yang dilaksanakan dengan penempuhan Syarat-syarat Kecakapan Umum (SKU) sekaligus bertitik tolak pada visi Pembangunan Daerah Provinsi DIY Tahun 2005 – 2025, Adapun bentuk kegiatannya : Outbound, Lomba Tingkat (LT), Gerakan Penghijauan dan Lingkungan, Kemah Pembauran pemuda, Kemah Santri, Jelajah Budaya, Kemah Budaya, Raimuna, Jambore, dsb.
Mitra Kerja
- Departemen Pendidikan Nasional berkaitan dengan penyelenggaraan Program Pemberantasan Buta Aksara
- BPO DIY berkaitan dengan kegiatan pelatihan kepemudaan
- BKKBN DIY berkaitan dengan program kespro remaja
- Dinas Kesehatan DIY berkaitan dengan kegiatan pembinaan Saka Bakti Husada, program Kespro dan PHBS.
- Dinas Kelautan dan Perikanan DIY berkaitan dengan kegiatan Saka Bahari
- Balai Jarahnitra DIY berkaitan dengan kegiatan Kemah Budaya Daerah
- Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta berkaitan dengan kegiatan Kemah Budaya Daerah
- Dinas Kebudayaan DIY berkaitan dengan kegiatan Kemah Budaya Daerah
- Dinas Kesbanglinmas DIY berkaitan dengan kegiatan Kemah Pembauran dan Penanggulangan Bencana
- AKS AKK berkaitan dengan kegiatan pelatihan keterampilan kewirausahaan bagi korban gempa.
- Dinas Pertanian DIY berkaitan dengan kegiatan pembinaan Saka Tarunabumi dan pelatihan ketrampilan bidang pertanian.
- Departemen Agama DIY berkaitan dengan kegiatan Kemah Santri
- Kedaulatan Rakyat dan Bernas Jogja berkaitan dengan penerbitan informasi kegiatan
- Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY berkaitan dengan kegiatan pembinaan Saka Wanabakti
- Dinas Perhubungan DIY berkaitan dengan kegiatan Pramuka Peduli Mudik Lebaran, Natal dan Tahun Baru.
- Pangkalan TNI AU berkaitan dengan kegiatan pembinaan Saka Dirgantara
- Pangkalan TNI AL berkaitan dengan kegiatan pembinaan Saka Bahari
- Korem 072/Pmk berkaitan dengan kegiatan pembinaan Saka Wira Kartika
- BPPM DIY berkaitan dengan program Kespro, Hak-hak kesetaraan dan gender
- Disperindagkop DIY berkaitan dengan kegiatan pelatihan pengembangan kewirausahaan
- LSM dari Irlandia berkaitan dengan partisipasi pengadaan peralatan tanggap darurat korban gempa di Bantul
Sumber :
1. Tim Penyusun Sejarah Kwarda DIY : etua, Nyi Hj. Mudjono Probopranowo, S.H.
Anggota, Hari Rahardjo, Drs. Gunawan Kunto Wibisono, Dewobroto, B.A, Ika Praseto
Dwiantoro, A.Md, Misgianto
2. Buku Laporan Kwarda DIY, tahun 2011
2. Buku Laporan Kwarda DIY, tahun 2011
Print this page